Tentang Narasumber
Apa itu gangguan konsentrasi dan atensi
Antara Sekolah Inklusi dan Sekolah Luar Biasa
Segitiga Emas Pendidikan Inklusi
- Medis: diagnosa dokter, diagnosa psikolog, terapi, obat-obat, operasi, intervensi medis yang diberikan oleh profesional.
- Sekolah: Sekolah ramah anak, menyediakan kebutuhan sesuai dengan dianosa anak, sesuai dengan visi dan misi keluarga.
- Orang tua: lingkungan rumah yang suportif, rencana keuangan, kerjasama pasangan, dukungan keluarga dan ilmu.
- Lingkungan rumah yang suportif seperti kondisi rumah rapi/berantakan, makanan (apakah ada diet yang harus dilakukan), termasuk terapi perilaku yang perlu diterapkan di rumah.
- Rencana keuangan: memiliki anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan biaya-biaya yang tidak sedikit. Sehingga, diperlukan perencanaan keuangan yang baik untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka. Tidak hanya biaya sekolah, bisa jadi ada intervensi medis yang perlu dilakukan, alat bantu seperti alat bantu dengar atau alat bantu untuk suport fisik.
- Kerjasama pasangan: tidak sedikit pasangan yang denail saat menerima kondisi anaknya yang ternyata berkebutuhan khusus. Oleh sebab itu, kerjasama antar pasangan sangat penting. Mba Chusna bercerita, kala semapt LDR dengan suami kondisi anak-anaknya berbeda dengan saat ayahnya ada di rumah. Saat ayah ada di rumah, anak-anak lebih bagus progresnya.
- Dukungan keluarga: Pun sama halnya dengan keluarga besar seperti kakek dan nenek. Tidak sedikit yang denail dengan kondisi cucunya. Sedangkan, dukungan keluarga besar terhadap anak berkebutuhan khusus ini sangat berpengaruh. Anak yang diterima akan meningkatkan kepercayaan dirinya dan memiliki keterampilan sosial yang lebih baik.
- Ilmu: mendidikan anak baik yang berkebutuhan khusus maupun tidak sama-sama memerlukan ilmu. Terlebih, untuk ABK dibutuhkan pendidikan terapi medis untuk orang tua. Sehingga, PR untuk keluarga atau yang biasa disebut home terapi dapat dilaksanakan dengan baik di rumah.
Mba Chusna bercerita bahwa anak pertama diketahui berkebutuhan khusus sejak lahir. Sehingga, saat ditanya bagaimana perasaannya saat tahu anaknya memiliki gangguan konsentrasi dan atensi, Mba Chusna bertutur sudah lupa bagaimana rasanya, karena sudah habis diawal perasaan-perasaan itu.
Beliau berpesan, setiap orang tua memiliki perjuangannya masing-masing. Anak adalah amanah, sebisa mungkin menjalakannya dengan bahagia.
Buat teman-teman yang dikaruniakan anak-anak spesial, jangan patah semangat, bismillah.
Aliran Rasa
Tulisan ini saya buat sebagai tugas dari Misi Ceria Hotel Mentari - Transcity Harmoni. Jujur, sebagai pejuang garis dua saya memiliki kekhawatiran tersendiri. Ada pertanyaan yang muncul. Bagaimana kondisi anak saya kelak? Secara bersamaan, saya juga merasakan sebuah kekuatan dan dukungan.
Saya kembali teringat perihal "menerima". Dalam artian, menerima segala hal yang Allah berikan kepada saya. Itu pasti yang terbaik. Allah yang palin tahu. Semoga, saat tiba waktunya saya menjadi Ibu. Saya dapat menjalankan peran denga baik, maksimal, penuh keikhlasan, cinta dan sayang kepada mereka.
Kepada sahabat yang tengah berjuang membesarkan anak berkebutuhan khusus, semangat ya. Kalian ibu-ibu ya hebat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar